KAPANKAH MENYEBUT DIRI MEREKA SENDIRI DENGAN NAMA TUHAN ?

 

Pertanyaan No. 79 :

Bukankah Habil menyebut nama Tuhan sewaktu ia mempersembahkan kurban (Kejadian 4 : 4) ? Jika demikian, maka mengapakah Kejadian 4 : 26 (bagian akhir) mengatakan, bahwa sesudah Seth lahir, "kemudian mulailah orang-orang menyebut diri mereka sendiri dengan nama Tuhan” ?

Jawab :

Walaupun semenjak dari kematian Habil sampai kepada kelahiran Seth (Kejadian 4 : 25), Kain adalah satu-satunya putra Adam yang hidup, namun ia maupun keturunannya adalah bukan pengikut-pengikut Allah; oleh sebab itulah mereka adalah “anak-anak manusia.” Tetapi Seth dan keturunannya, yang memiliki roh Habil, mereka menyebut nama Tuhan, mereka adalah “anak-anak Allah.” Kejadian 6 : 2.

Sebab itu, karena ada terdapat dua kelas orang-orang beribadah yang berbeda (yang benar dan yang palsu) dalam hubungan yang dekat di antara sesamanya, maka adalah perlu untuk memberikan kepada mereka gelar-gelar untuk menjadi ciri perbedaan di antara orang-orang pengikut manusia dan orang-orang pengikut Allah. Orang-orang keturunan Seth adalah orang yang pertama-tama menyebut “diri mereka dengan nama Tuhan,” sama seperti halnya orang-orang Yahudi yang lama kemudian telah menerima Kristus, adalah yang pertama-tama menyebut diri mereka orang-orang Kristen. Dan sama halnya dengan orang-orang Yahudi yang menolak Kristus terus saja menyebut dirinya orang-orang Yahudi, demikian pula orang-orang keturunan Kain terus saja menyebut dirinya “anak-anak manusia.”

Dari kata-kata injil ini terbuktilah dengan jelas, bahwa praktik-praktik ibadah yang sembrono dan bodoh yang kita saksikan selama ini, berikut roh aniaya yang mereka miliki melawan orang-orang yang menyembah Allah dengan setepatnya sesuai yang diperintahkan-Nya, selainnya itu adalah berasal mula dari Kain; juga bahwa semenjak dari Habillah keluar pengaruh kepatuhan itu, yang sampai kepada hari ini. Akibatnya, masih ada terdapat di dalam dunia ini “anak-anak manusia” maupun “anak-anak Allah”, yaitu orang-orang pengikut manusia dan orang-orang pengikut Allah. Maka seperti halnya agama “anak-anak manusia” di zaman itu adalah sedemikian ini seperti yang dipraktikkan oleh kain, --- tidak sesuai dengan perintah Allah, melainkan sesuai dengan pilihan mereka sendiri, --- maka demikian itulah agama anak-anak manusia di waktu ini. Masih banyak sekali yang beribadah dalam cara yang sama dengan yang diperbuat oleh nenek moyang mereka, sedikitpun tidak mau berusaha untuk mengetahui sendiri perbedaan di antara yang palsu dan yang benar itu, melainkan terus saja berlari dengan sendirinya tanpa pikir sampai kepada ajalnya, seperti halnya babi-babi dari Gadara yang terus berlari-larian membentur batu-batu karang sampai masuk ke dalam laut (Matius 8 : 32; Markus 5 : 13).

Tetapi meskipun nama yang suci itu telah dipegang oleh anak-anak Seth di zaman itu, banyak dari mereka telah berbaur dengan anak-anak manusia; artinya, “anak-anak lelaki Allah itu melihat anak-anak gadis manusia sebab kecantikan mereka itu; lalu diambilnya mereka itu menjadi istri-istri daripada semua yang mereka pilih.” Kejadian 6 : 21. Praktik kejahatan ini dengan cepat menghantarkan kejahatan anak-anak manusia itu masuk ke dalam rumah-rumah tangga anak-anak Allah. "Maka dilihat Allah kejahatan manusia itu terlampau besar di bumi, dan bahwa setiap pikiran hatinya itu adalah hanya kejahatan semata-mata. Maka menyesallah Tuhan karena Ia telah menciptakan manusia di bumi, maka ia itu menduka-citakan hati-Nya. Maka firman Tuhan: Aku hendak membinasakan manusia yang telah Ku-ciptakan itu dari muka bumi; baik manusia, baik binatang, baik segala perkara yang melata, maupun segala burung di udara; karena menyesallah Aku telah menciptakan mereka itu." "Maka, bahwasanya Aku, bahkan Aku akan mendatangkan suatu air bah ke atas bumi untuk membinasakan semua makhluk yang bernyawa dari bawah langit; maka segala perkara yang terdapat di dalam bumi akan mati." Kejadian 6 : 5 - 7, 17.

Sambil memandang ke depan kepada zaman kita, maka Yesus mengatakan: "Karena seperti halnya di zaman sebelum air bah itu mereka itu makan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, maka tidak diketahuinya sampai datang air bah itu, dan menghanyutkan mereka itu sekaliannya; maka demikian itu pula kelak halnya dengan Kedatangan Anak Manusia." Matius 24 : 38, 39. Oleh sebab itu, tidakkah sebaiknya “anak-anak Allah” di zaman ini lebih memperhatikan teladan-teladan ini lalu memeliharakan diri mereka terpisah dari “gadis-gadis manusia”?

Pelajaran-pelajaran ini mengajarkan, bahwa setiap pribadi sendiri harus bertekad tanpa dipengaruhi orang lain, untuk mengerti dan untuk mempraktikkan Kebenaran jika ia ingin melepaskan diri dari jerat-jerat Musuh yang tidak tampak itu yang terpasang sepanjang perjalanannya. Ia harus mengerti sekarang akan buruknya persoalannya sendiri jika ia ingin mempertahankannya yang tak ternilai itu. Jika ia tidak berbuat demikian, maka ia itu akan lenyap daripadanya.